Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd merupakan pusat mencetak Alquran terbesar di dunia. Terletak di Madinah, Arab Saudi. Memproduksi sekitar 10 juta eksemplar per tahun. Kompleks percetakan ini diawaki oleh 1700 karyawan. Percetakan King Fahd telah menerbitkan 55 terjemahan Al Qur'an dalam 39 bahasa. Sejak tahun 1985, telah mencetak lebih dari 128 juta buku Al Qur'an, yang secara luas digunakan oleh ummat Islam.
Jamaah haji biasanya menyempatkan diri untuk mengunjungi percetakan ini disels-sela waktu luang menunggu pelaksanaan haji atau yang akan kembali ke tanah air.?
sumber: blog Abu Syafwan
Kami berusaha memberikan informasi yang jelas tentang perjalanan haji dan umroh.
Sabtu, 16 Juni 2012
Sabtu, 09 Juni 2012
Mendaki Jabal Nur ( Mengunjungi goa hira)
Goa Hira adalah sebuah goa kecil yang terletak tak jauh dari puncak Jabal Nur. letaknya sekitar 6 Km sebelah utara Masjidil Haram. Di tempat inilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama.
Untuk menuju ke sana, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Mulai dari kaki gunung, kita bisa menapaki track yang sudah ada. Awalnya memang terasa mudah. Batu-batuan yang ada di sana bisa dijadikan tempat berpijak. Akan tetapi, sekitar 15 menit mendaki, ketika nafas sudah mulai tersengal, jalan setapak itu terasa sangat berat.
Dalam perjalanan ke puncak, kita dapat menjumpai beberapa pedagang minuman. Baik yang berupa pedangan asongan, atau pun yang sudah mempunya lapak sebagaimana kedai minum yang ada di terminal-terminal ibukota. Selain itu, ada beberapa peminta-minta yang sedang bertugas. Bagi yang sudah pernah Umrah atau Haji, bukan sebuah pemandangan asing bila kita menjumpai orang-orang yang mempunyai cacat fisik seperti tangan dan kaki yang tidak sempurna. Pemandangan serupa pun juga dapat kita jumpai sepanjang perjalanan ke puncak Jabal Nur. Fantastik! Orang yang cacat seperti itu, bisa menaiki gunung yang bagi sebagian orang yang sempurna pun sulit untuk didaki! :)
Menjelang ke puncak, kita juga dapat berfoto dengan Unta! Unta? Ya! Unta! Unta khas Saudi yang didandani sedemikian rupa yang oleh empunya-nya dapat dijadikan alat untuk mencari riyal demi riyal. Untuk berfoto dengan unta di Jabal Nur biayanya tidak sama seperti berfoto dengan hewan berpunuk ini bila di Jabal Rahmah (Arafah). Bisa dimaklumi, karena untuk tiba sampai di sana, hewan ini butuh pengorbanan yang sangat! :)
Satu hal yang menarik lagi, bahwa di sepanjang jalan setapak itu, kita juga dapat jumpai beberapa orang yang sibuk dengan ember, pasir, semen, dan "cetok" (lupa nama Indonesianya euy! jawir habis! :)) Mereka seolah-olah sedang memperbaiki beberapa tangga yang rusak. Persis seperti di kampungku bila musim hujan tiba. Bila ada jalan yang berlubang, ramai orang menguruknya dengan batu. Seakan-akan membantu kemudahan pengguna jalan. Dan kegiatan ini baru berhenti bila musim kemarau datang! :)
Begitu tiba di puncak Jabal Nur, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan! Kota Mekah terlihat dari sini. Mobil-mobil yang berseliweran di jalan terlihat seperti mainan. Di puncak ini, kita juga dapat temui beberapa fotografer amatiran. Mereka menggunakan kamera polaroid. Sekali jepret! Jadi deh! :)
Di beberapa batu besar yang ada di puncak gunung, kita bisa melihat grafiti yang bertuliskan "Jabal Nuur" atau "Goa Hira". Bagi jamaah yang baru ke sini, akan mudah terkecoh dengan tulisan-tulisan itu. Seolah-olah Goa Hira sudah di depan mata. Tapi mereka salah! Goa Hira tidak terletak di puncak Jabal Nur!
Untuk ke Goa Hira, dari Puncak Jabal Nur, kita harus menuruni tebing yang agak curam. Alhamdulillah sudah ada tangga yang permanen dan dinding yang tinggi untuk menjaga agar tidak jatuh ke jurang. Setibanya di bawah, kita harus belok ke kanan dan melewati celah sempit di antara dua batu besar. Sesudah melewati itu, di sebelah kiri, akan kita goa yang sangat bersejarah! Goa Hira!
Tidak terlalu luas. Hanya bisa diduduki oleh sekitar 4 orang. Dari dinding goa sebelah kanan, ada semacam celah yang menghubungkan goa ini dengan udara bebas di luar. Angin yang berhembus terasa sangat kencang. Dan sejuukkk!!
Bila kita keluar dari goa tersebut, dan memandang arah ke bawah, maka dari jauh kita akan melihat masjidil haram. Sungguh, bila tak ada bangunan lain yang melebihi tinggi Ka'bah, maka kita pun akan dapat melihat Ka'bah! Sebagaimana Rasulullah dulu sering memandangi Ka'bah dari tempat ini.
Subhanallah..! Sebuah perjalanan yang tak kan mungkin bisa dilupakan. Terbayang bagaimana perjuangan Rasulullah dahulu ketika berkhalwat di sini. Sungguh tidah mudah!! Allahu Akbar!!!
Untuk menuju ke sana, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Mulai dari kaki gunung, kita bisa menapaki track yang sudah ada. Awalnya memang terasa mudah. Batu-batuan yang ada di sana bisa dijadikan tempat berpijak. Akan tetapi, sekitar 15 menit mendaki, ketika nafas sudah mulai tersengal, jalan setapak itu terasa sangat berat.
Dalam perjalanan ke puncak, kita dapat menjumpai beberapa pedagang minuman. Baik yang berupa pedangan asongan, atau pun yang sudah mempunya lapak sebagaimana kedai minum yang ada di terminal-terminal ibukota. Selain itu, ada beberapa peminta-minta yang sedang bertugas. Bagi yang sudah pernah Umrah atau Haji, bukan sebuah pemandangan asing bila kita menjumpai orang-orang yang mempunyai cacat fisik seperti tangan dan kaki yang tidak sempurna. Pemandangan serupa pun juga dapat kita jumpai sepanjang perjalanan ke puncak Jabal Nur. Fantastik! Orang yang cacat seperti itu, bisa menaiki gunung yang bagi sebagian orang yang sempurna pun sulit untuk didaki! :)
Menjelang ke puncak, kita juga dapat berfoto dengan Unta! Unta? Ya! Unta! Unta khas Saudi yang didandani sedemikian rupa yang oleh empunya-nya dapat dijadikan alat untuk mencari riyal demi riyal. Untuk berfoto dengan unta di Jabal Nur biayanya tidak sama seperti berfoto dengan hewan berpunuk ini bila di Jabal Rahmah (Arafah). Bisa dimaklumi, karena untuk tiba sampai di sana, hewan ini butuh pengorbanan yang sangat! :)
Satu hal yang menarik lagi, bahwa di sepanjang jalan setapak itu, kita juga dapat jumpai beberapa orang yang sibuk dengan ember, pasir, semen, dan "cetok" (lupa nama Indonesianya euy! jawir habis! :)) Mereka seolah-olah sedang memperbaiki beberapa tangga yang rusak. Persis seperti di kampungku bila musim hujan tiba. Bila ada jalan yang berlubang, ramai orang menguruknya dengan batu. Seakan-akan membantu kemudahan pengguna jalan. Dan kegiatan ini baru berhenti bila musim kemarau datang! :)
Begitu tiba di puncak Jabal Nur, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan! Kota Mekah terlihat dari sini. Mobil-mobil yang berseliweran di jalan terlihat seperti mainan. Di puncak ini, kita juga dapat temui beberapa fotografer amatiran. Mereka menggunakan kamera polaroid. Sekali jepret! Jadi deh! :)
Di beberapa batu besar yang ada di puncak gunung, kita bisa melihat grafiti yang bertuliskan "Jabal Nuur" atau "Goa Hira". Bagi jamaah yang baru ke sini, akan mudah terkecoh dengan tulisan-tulisan itu. Seolah-olah Goa Hira sudah di depan mata. Tapi mereka salah! Goa Hira tidak terletak di puncak Jabal Nur!
Untuk ke Goa Hira, dari Puncak Jabal Nur, kita harus menuruni tebing yang agak curam. Alhamdulillah sudah ada tangga yang permanen dan dinding yang tinggi untuk menjaga agar tidak jatuh ke jurang. Setibanya di bawah, kita harus belok ke kanan dan melewati celah sempit di antara dua batu besar. Sesudah melewati itu, di sebelah kiri, akan kita goa yang sangat bersejarah! Goa Hira!
Tidak terlalu luas. Hanya bisa diduduki oleh sekitar 4 orang. Dari dinding goa sebelah kanan, ada semacam celah yang menghubungkan goa ini dengan udara bebas di luar. Angin yang berhembus terasa sangat kencang. Dan sejuukkk!!
Bila kita keluar dari goa tersebut, dan memandang arah ke bawah, maka dari jauh kita akan melihat masjidil haram. Sungguh, bila tak ada bangunan lain yang melebihi tinggi Ka'bah, maka kita pun akan dapat melihat Ka'bah! Sebagaimana Rasulullah dulu sering memandangi Ka'bah dari tempat ini.
Subhanallah..! Sebuah perjalanan yang tak kan mungkin bisa dilupakan. Terbayang bagaimana perjuangan Rasulullah dahulu ketika berkhalwat di sini. Sungguh tidah mudah!! Allahu Akbar!!!
Kamis, 07 Juni 2012
Perjalanan umroh ala backpacker
Perjalanan Umrah ala backpacker, mungkin Anda dibuat bingung akan istilah ini. Istilah backpacker sendiri sudah populer dikalangan pecinta jalan-jalan atau penghobi travelling yang biasanya dilakukan anak muda untuk menghemat biaya. Biasanya kita sering mendengar umrah mandiri, nah bagi saya umrah mandiri tidak jauh berbeda dengan yang saya sebut sebagai Umrah ala Backpacker karena semua hal dari persiapan, akomodasi, sampai pelaksanaan ibadah kitalah penentunya bukan biro perjalanan umrah atau haji. Dengan terus melambungnya biaya perjalanan ibadah umrah yang ditetapkan oleh biro perjalanan haji dan umrah, maka tidak ada salahnya Anda mencoba cara ini untuk menghemat biaya perjalanan umrah Anda. Untuk mewujudkan hal ini tentunya Anda harus memiliki keberanian dan persiapan yang matang dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya.
Persiapan yang diperlukan :
1- NPWP, buatlah NPWP di kantor pajak (gratis) karena jika Anda tidak punya NPWP maka pada saat keberangkatan Anda harus membayar fiskal.
2- Passpor hijau, buatlah jauh-jauh hari melalui jalur resmi sehingga menghemat total biaya perjalanan umrah Anda. Kalau passpor hijau Anda masih berlaku maka pastikan masa berlakunya tidak kurang dari 7 bulan dihitung dari waktu keberangkatan.
3- Pasphoto (80% tampak wajah)
4- Tiket, Visa, carilah informasi ke agent perjalanan dan mintalah waktu-waktu promosi tiket penerbangan ke Jeddah. Coba tanyakan juga voucher hotel yang bisa disediakan oleh agent, kemudian mintalah Agent sekalian untuk menguruskan visa agar lebih mudah. Kalau ada penerbangan JKT - Madinah langsung lebih baik,karena kalau turun di Jeddah kudu naik Bus lama lagi perjalanan ke Madinahnya, kecuali langsung ke Mekkah jaraknya dekat paling 45 menit sudah sampai.
5- Reservasi hotel dan transportasi, untuk penginapan atau hotel bisa juga ditanyakan ke travel agent biasanya dia punya referensi (bintang 1,2 dan 3 biasanya sekelas hotel melati di kita). Kalau mau murni kayak backpacker, bisa siapkan kantong tidur nanti tidurnya dipinggir masjidil harom atau kalau tidak ada kantong tidur masuk aja di dalam masjid karena saya banyak melihat jamaah yang melakukan hal ini terutama jamaah dari India dan Pakistan. Hati-hati terhadap barang bawaan karena banyak juga pencuri disana. Tetapi reservasi bisa juga minta bantuan mukimin yang ada di Arab Saudi.
Persiapan yang diperlukan :
1- NPWP, buatlah NPWP di kantor pajak (gratis) karena jika Anda tidak punya NPWP maka pada saat keberangkatan Anda harus membayar fiskal.
2- Passpor hijau, buatlah jauh-jauh hari melalui jalur resmi sehingga menghemat total biaya perjalanan umrah Anda. Kalau passpor hijau Anda masih berlaku maka pastikan masa berlakunya tidak kurang dari 7 bulan dihitung dari waktu keberangkatan.
3- Pasphoto (80% tampak wajah)
4- Tiket, Visa, carilah informasi ke agent perjalanan dan mintalah waktu-waktu promosi tiket penerbangan ke Jeddah. Coba tanyakan juga voucher hotel yang bisa disediakan oleh agent, kemudian mintalah Agent sekalian untuk menguruskan visa agar lebih mudah. Kalau ada penerbangan JKT - Madinah langsung lebih baik,karena kalau turun di Jeddah kudu naik Bus lama lagi perjalanan ke Madinahnya, kecuali langsung ke Mekkah jaraknya dekat paling 45 menit sudah sampai.
5- Reservasi hotel dan transportasi, untuk penginapan atau hotel bisa juga ditanyakan ke travel agent biasanya dia punya referensi (bintang 1,2 dan 3 biasanya sekelas hotel melati di kita). Kalau mau murni kayak backpacker, bisa siapkan kantong tidur nanti tidurnya dipinggir masjidil harom atau kalau tidak ada kantong tidur masuk aja di dalam masjid karena saya banyak melihat jamaah yang melakukan hal ini terutama jamaah dari India dan Pakistan. Hati-hati terhadap barang bawaan karena banyak juga pencuri disana. Tetapi reservasi bisa juga minta bantuan mukimin yang ada di Arab Saudi.
Jabal Magnet
Nama Jabal Magnet (Magnetic Hill) atau Gunung Magnet semakin lama semakin populer di Arab Saudi. Tempat ini menjadi favorit bagi para jamaah haji maupun umroh—terutama dari Asia.
Jabal Magnet terletak kira-kira 60 kilometer dari Kota Madinah. Perjalanan menuju kawasan Jabal Magnet dari Madinah dipenuhi sejumlah perkebunan kurma dan hamparan bukit berbatuan. 10 kilometer menjelang Jabal Magnet, ada sebuah danau buatan yang besar. Gunung Magnet didominasi warna hitam dan merah bata.
Keanehan yang paling kentara di daerah ini adalah mobil berjalan sendiri ke arah berlawanan (mundur), bahkan sanggup mendaki tanjakan. Tidak hanya itu, jarum penunjuk kompas juga tidak bekerja sebagaimana mestinya. Arah utara-selatan menjadi kacau. Selain itu, data di telepon seluler bisa hilang di lokasi itu.
Magnetic Hill, atau warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti perkampungan putih. Namun, banyak yang menamainya Jabal Magnet. Daya dorong dan daya tarik magnet di berbagai bukit di sebelah kiri dan kanan jalan, membuat kendaraan yang melaju dengan kecepatan 120 kilo meter per jam, ketika memasuki kawasan ini, kecepatannya perlahan-lahan turun menjadi 5 kilo meter per jam.
Jabal Magnet yang menjadi kawasan wisata penduduk Madinah awalnya ditemukan oleh orang suku Baduy. Saat itu seorang Arab Baduy menghentikan mobilnya karena ingin buang air kecil. Namun karena sudah kebelet, ia mematikan mesin mobil, tapi tidak memasang rem tangan.
Ketika sedang melakukan hajatnya, ia kaget bukan kepalang, mobilnya berjalan sendiri dan makin lama makin kencang. Ia berusaha mengejar, tapi tidak berhasil. Dan menurut kisahnya, mobilnya tersebut baru berhenti setelah melenceng ke tumpukan pasir di samping jalan.
Saat musim haji, banyak jamaah yang menyambanginya. Pemerintah Arab Saudi lalu membangun jalan menuju lokasi tersebut. Di daerah yang terhitung hijau karena banyak ditumbuhi pohon kurma itu, juga dilengkapi sarana wisata lainnya. Ada tenda-tenda untuk pengunjung, ada mobil mini yang bisa disewa untuk merasakan tarikan medan magnet itu.
Secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".
(sa/aharpenas/detik/juandry/)
Jabal Magnet terletak kira-kira 60 kilometer dari Kota Madinah. Perjalanan menuju kawasan Jabal Magnet dari Madinah dipenuhi sejumlah perkebunan kurma dan hamparan bukit berbatuan. 10 kilometer menjelang Jabal Magnet, ada sebuah danau buatan yang besar. Gunung Magnet didominasi warna hitam dan merah bata.
Keanehan yang paling kentara di daerah ini adalah mobil berjalan sendiri ke arah berlawanan (mundur), bahkan sanggup mendaki tanjakan. Tidak hanya itu, jarum penunjuk kompas juga tidak bekerja sebagaimana mestinya. Arah utara-selatan menjadi kacau. Selain itu, data di telepon seluler bisa hilang di lokasi itu.
Magnetic Hill, atau warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti perkampungan putih. Namun, banyak yang menamainya Jabal Magnet. Daya dorong dan daya tarik magnet di berbagai bukit di sebelah kiri dan kanan jalan, membuat kendaraan yang melaju dengan kecepatan 120 kilo meter per jam, ketika memasuki kawasan ini, kecepatannya perlahan-lahan turun menjadi 5 kilo meter per jam.
Jabal Magnet yang menjadi kawasan wisata penduduk Madinah awalnya ditemukan oleh orang suku Baduy. Saat itu seorang Arab Baduy menghentikan mobilnya karena ingin buang air kecil. Namun karena sudah kebelet, ia mematikan mesin mobil, tapi tidak memasang rem tangan.
Ketika sedang melakukan hajatnya, ia kaget bukan kepalang, mobilnya berjalan sendiri dan makin lama makin kencang. Ia berusaha mengejar, tapi tidak berhasil. Dan menurut kisahnya, mobilnya tersebut baru berhenti setelah melenceng ke tumpukan pasir di samping jalan.
Saat musim haji, banyak jamaah yang menyambanginya. Pemerintah Arab Saudi lalu membangun jalan menuju lokasi tersebut. Di daerah yang terhitung hijau karena banyak ditumbuhi pohon kurma itu, juga dilengkapi sarana wisata lainnya. Ada tenda-tenda untuk pengunjung, ada mobil mini yang bisa disewa untuk merasakan tarikan medan magnet itu.
Secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".
(sa/aharpenas/detik/juandry/)
Masjid Quba
Di Madinah ada banyak tempat bersejarah yang penting untuk diziarahi. Salah satunya Masjid Quba. Inilah masjid yang batu batanya dipikul Nabi Muhammad SAW sendiri.
Masjid Quba terletak di perkampungan Quba, kira-kira 3 kilometer dari arah selatan Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA). Mengunjungi masjid ini, dari kejauhan akan terlihat empat menara putih tinggi menjulang. Setelah dekat terlihat pohon kurma mengelilingi masjid.
Masjid Quba memang berbeda dengan masjid-masjid lainnya di Madinah. Masjid Nabawi dan masjid lainnya di Madinah nyaris tidak memiliki taman depan yang ditumbuhi tanaman. Namun Masjid Quba memiliki taman depan dan belakang dengan pohon-pohon kurma yang rindang. Di depan masjid bahkan ada air mancur. Masjid ini berdiri di atas tanah seluas 5.035 meter persegi.
Quba memang selalu menjadi tujuan ziarah para jamaah haji, tidak heran bila masjid ini selalu padat. Ada sebuah riwayat Nabi Muhammad menyatakan bila mengunjungi Masjid Quba untuk shalat pahalanya sama dengan melakukan umrah. Riwayat tersebut hingga kini masih tertempel di dinding luar Masjid Quba.
Masjid Quba dibangun pada hari Senin, 8 Rabiul Awwal atau 23 September 622 Masehi. Saat itu Nabi dalam perjalanan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Dalam perjalanan hijrah, Nabi yang tiba di perkampungan Quba tinggal selama empat hari bersama Bani Amru bin Auf di rumah Kalthum bin Al Hadm.
Di hari pertama di perkampungan Quba, Nabi membangun masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun pemimpin yang paling dicintai ummat Islam. Nabi, seperti diriwayatkan As Syimus binti An Nu'man, memikul batu-bata sendiri sehingga bongkok tubuhnya.
Tubuh Nabi saat itu sampai penuh debu dan pasir. Tapi Nabi tidak mau para sahabat mengambil beban yang dibawanya. Ia meminta para sahabat agar membawa bahan-bahan bangunan yang lain. Setelah membangun masjid, Nabi mengimami shalat secara terbuka bersama para sahabat di Masjid Quba.
Semasa hidupnya, Nabi selalu pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, Senin dan Kamis. Setelah Nabi wafat, para sahabat selalu menziarahi masjid ini dan melakukan salat di dalamnya.
sumber : detiknews.com
Masjid Quba terletak di perkampungan Quba, kira-kira 3 kilometer dari arah selatan Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA). Mengunjungi masjid ini, dari kejauhan akan terlihat empat menara putih tinggi menjulang. Setelah dekat terlihat pohon kurma mengelilingi masjid.
Masjid Quba memang berbeda dengan masjid-masjid lainnya di Madinah. Masjid Nabawi dan masjid lainnya di Madinah nyaris tidak memiliki taman depan yang ditumbuhi tanaman. Namun Masjid Quba memiliki taman depan dan belakang dengan pohon-pohon kurma yang rindang. Di depan masjid bahkan ada air mancur. Masjid ini berdiri di atas tanah seluas 5.035 meter persegi.
Quba memang selalu menjadi tujuan ziarah para jamaah haji, tidak heran bila masjid ini selalu padat. Ada sebuah riwayat Nabi Muhammad menyatakan bila mengunjungi Masjid Quba untuk shalat pahalanya sama dengan melakukan umrah. Riwayat tersebut hingga kini masih tertempel di dinding luar Masjid Quba.
Masjid Quba dibangun pada hari Senin, 8 Rabiul Awwal atau 23 September 622 Masehi. Saat itu Nabi dalam perjalanan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Dalam perjalanan hijrah, Nabi yang tiba di perkampungan Quba tinggal selama empat hari bersama Bani Amru bin Auf di rumah Kalthum bin Al Hadm.
Di hari pertama di perkampungan Quba, Nabi membangun masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun pemimpin yang paling dicintai ummat Islam. Nabi, seperti diriwayatkan As Syimus binti An Nu'man, memikul batu-bata sendiri sehingga bongkok tubuhnya.
Tubuh Nabi saat itu sampai penuh debu dan pasir. Tapi Nabi tidak mau para sahabat mengambil beban yang dibawanya. Ia meminta para sahabat agar membawa bahan-bahan bangunan yang lain. Setelah membangun masjid, Nabi mengimami shalat secara terbuka bersama para sahabat di Masjid Quba.
Semasa hidupnya, Nabi selalu pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, Senin dan Kamis. Setelah Nabi wafat, para sahabat selalu menziarahi masjid ini dan melakukan salat di dalamnya.
sumber : detiknews.com
Spray Cooler di musim haji
Setiap pelaksanaan musim haji, cuaca di tanah suci bisa dingin sekali atau bisa juga panas. Sebagaimana musim haji tahun 1432H ini cuaca di Arab Saudi cukup panas. Untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah haji dalam melaksanakan kegiatan ibadah selama berada di area masjid khususnya di halaman masji Nabawi, maka pemerintah setempat melengkapi Spray Cooler yang ditempatkan pada tiag-tiang payung elektronik. Dimana fungsi spray cooler ini adalah untuk menyemprotkan udaran dingin (semprot air) melalui kipas angin.
Rabu, 06 Juni 2012
Sejarah perluasan Masjidil Haram
Masjid al-Haram pertama kali dibangun di bawah kepemimpinan Khalifah Umar Ibn al-Khattab (634-644) dan telah dimodifikasi terus di bawah beberapa penguasa Muslim. Umar, khalifah pertama, memerintahkan pembongkaran beberapa rumah yang mengelilingi Kakbah untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah peziarah dan membangun sebuah tembok setinggi 1,5 meter untuk menggambarkan area doa besar. (hijr Ismail sekarang) Selama masa pemerintahan khalifah penggantinya Utsman Ibn Affan (644-656), ruang doa diperbesar dan ditutupi dengan atap dilakukan pada kolom kayu dan lengkungan.
Pada tahun 692, setelah Khalifah Abdul Malik bin Marwan menaklukkan Mekkah dari Ibnu Zubair, wali dari situs suci, dinding luar masjid terangkat, langit-langit itu ditutupi dengan kayu jati dan pusat kolom dicat emas. Putranya, al-Walid (705-715), memberikan kontribusi terhadap Masjid al-Haram dengan mengganti kolom kayu dengan bahan marmer dan dengan lengkungan dekorasi motif mosaik. Kemudian, Khalifah Abbasiyah Abu Ja'far al-Mansur (754-775) mosaik ditambahkan ke kolom. Dia juga memperbesar ukuran menjadi dua kali lipat untuk ukuran sayap utara dan barat ruang doa dan mendirikan menara tentang Bab Al-Umrah di sudut barat laut.
Pada tahun 777, karena meningkatnya jumlah jamaah haji, Abbasiyah Khalifah al-Mahdi (775-785) memerintahkan pembangunan kembali masjid, rumah-rumah di sekitar Ka'bah dihancurkan. Pagar masjid baru berpusat di Ka'bah, berukuran 196 x 142 meter. Al-Mahdi juga membangun tiga menara dimahkotai dengan crenellations dan ditempatkan di atas Bab al-Salam, Bab Ali dan Bab al-Wad.
Pada tahun 1399, bagian utara Masjid al-Haram terbakar, yang mengakibatkan kerusakan lebih dari seratus kolom marmer dan langit-langit / plafond. Bagian-bagian yang tersisa mengalami kerusakan akibat banjir. Masjid kemudian dibangun kembali oleh Mamluk Sultan Nasir bin Faraj Barquq (1399-1405). Kolom marmer yang rusak diganti dengan kolom batu digali dari pegunungan dekat kawasan Hijaz dan atap itu ditambal dengan kayu lokal dari Pegunungan Thaif.
Sultan-sultan Ottoman berkontribusi untuk pembangunan Masjid Al-Haram.
Pada tahun 1571, Sultan Selim II (1566-1574) memerintahkan arsitek Sinan untuk merenovasi masjid. Sinan menggantikan atap datar dari ruang doa dengan kubah dihiasi dengan kaligrafi bersepuh emas di dalam. kolom baru dibawa dari Pegunungan Shams dekatnya, ditempatkan di antara kolom tua untuk mendukung atap baru. Karena hujan yang merusaknya pada tahun 1611, Sultan Murad IV (1623-1640) memerintahkan pemulihan masjid dan pembangunan kembali Ka'bah tahun 1629. Masjid tersebut terdiri dari arcade batu baru didukung pada kolom tipis, dengan medali berbentuk prasasti antara lengkungan. ubin lantai di sekeliling Ka'bah diganti dengan yang baru ubin marmer berwarna dan masjid itu dilengkapi dengan tujuh menara.
Pada akhir pemerintahan Ottoman di Hijaz selama Perang Dunia I, Pagar luar masjid diukur 192 dengan 132 meter. Para Raja Saudi pada gilirannya berkontribusi juga ke Masjid al-Haram. Antara 1955 dan 1973, perluasan pertama disponsori oleh Raja Abdul Aziz (1932-1953). Struktur baru yang dibutuhkan penghancuran yang luas di sekitar masjid Ottoman ke arcade dua lantai yang terbuat dari batu tiruan kolom dan ditutup dengan panel marmer diukir dari Wadi Fatimah. Langit-langit arcade ini adalah coffered dan dihiasi dengan plester dibentuk dan lantai keramik dengan batu dan marmer. Selama ini Mas'a (ruangan yg menghubungkan batu al-Safa 'dengan al-Marwah) diperpanjang untuk mencapai masjid. perpanjangan tersebut dibangun di dua lantai, dengan struktur beton bertulang lengkungan dibalut marmer dipahat dan batu buatan. Galeri ini berkomunikasi dengan jalan dan mesjid melalui pintu sebelas. Bab al-Salam dan Bab al-Umrah juga direnovasi saat ini untuk cocok dengan gaya yang baru dibangun Bab Raja Abdul Aziz pada façade selatan. Empat menara didirikan dekat Bab al-Umrah dan Bab al-Salam dan tiga yang lebih tua. Dengan demikian, mereka berdiri delapan puluh sembilan meter persegi. Masing-masing memiliki dua balkon segi delapan dihiasi dengan colonettes, yang pertama terletak di puncak atap masjid, sedangkan yang kedua adalah di ujung atas poros.
Perpanjangan kedua disponsori oleh Raja Fahd (1982-sekarang), terdiri dari sayap baru dan area berdoa outdoor, baik terletak di timur selatan masjid yang ada. Ruang sholat baru diakses melalui Gerbang Fahd monumental di tenggara yang mengarah ke Kakbah. Hal ini terdiri dari dua lantai terpisah di beberapa bagian oleh mezzanine, penyejuk udara bersirkulasi di bawah lantai keramik dan diberikan melalui grid ventilasi yang terletak di dasar setiap kolom. Ruang berdoa dibangun pada grid lima meter. arcade adalah beratap dengan pundi-pundi persegi dihiasi dengan cetakan plester. Kolom yang dilapisi dengan panel marmer, sedangkan lengkungan ditutupi dengan batu buatan dan cetakan plester. Sepanjang sumbu menghubungkan Gerbang Fahd ke Ka'bah, tiga modul grid ditutupi dengan kubah dihiasi dengan squinches muqarnas dicetak dengan plester, yang membawa drum berlubang oleh tiga puluh dua jendela melengkung. Ruang kubah diterangi dengan lampu kaca berwarna dan panel kaca patri backlit di puncak. Dinding interior ruang doa dilapisi dengan marmer dado 2,5 meter. Ini elemen dekoratif digunakan untuk menyembunyikan pengeras suara dan kabel listrik. Atap dari ekstensi baru ini terkait dengan atap seluruh kompleks, yang dirancang untuk mengakomodasi meluap. Daerah doa juga meluas juga untuk plaza banyak di luar masjid. Plaza outdoor di luar sudut tenggara Fahd Gate lereng sedikit ke bawah, menekankan arah doa. Sejajar dengan dinding timur laut dan barat daya ekstensi baru, dua proyeksi persegi dibangun untuk menyembunyikan eskalator yang menghubungkan ruang bawah tanah dan fasilitas parkir bawah tanah ke plaza publik dan ruang doa di atas.
Perpanjangan Saudi kedua dari Masjid Al-Haram mengambil mempertimbangkan kesatuan arsitektur kompleks. The façade ruang berdoa baru yang dibangun oleh Raja Fahd dalam campuran dengan konstruksi sebelumnya, dengan marmer abu-abu menghadap dari Pegunungan Fatimah dekatnya, dihiasi dengan ukiran band marmer putih dan bingkai jendela. Raja Fahd Gate monumental, yang memberikan akses ke ekstensi baru, terdiri dari tiga lengkungan dengan hiasan marmer hitam dan putih voussoirs dan diukir putih. gerbang ini diapit oleh dua menara yang cocok yang lebih tua. Jendela modul sepanjang façade ruang doa ditutupi dengan mashrabiyya kuningan dan dibingkai dengan band ukiran dari marmer putih. Gerbang kecil telah kanopi hijau miring ubin. Mesjid Al-Haram adalah masjid-satunya yang tidak memiliki arah kiblat bagi jamaah berdoa menghadap Ka'bah, terletak di pusat halaman terbuka. Saat ini masjid meliputi area seluas 356.800 meter persegi termasuk ruang berdoa outdoor dan indoor dan dapat menampung hingga 820.000 jamaah selama periode haji. sumber: blog Abu Syafwan
Pada tahun 692, setelah Khalifah Abdul Malik bin Marwan menaklukkan Mekkah dari Ibnu Zubair, wali dari situs suci, dinding luar masjid terangkat, langit-langit itu ditutupi dengan kayu jati dan pusat kolom dicat emas. Putranya, al-Walid (705-715), memberikan kontribusi terhadap Masjid al-Haram dengan mengganti kolom kayu dengan bahan marmer dan dengan lengkungan dekorasi motif mosaik. Kemudian, Khalifah Abbasiyah Abu Ja'far al-Mansur (754-775) mosaik ditambahkan ke kolom. Dia juga memperbesar ukuran menjadi dua kali lipat untuk ukuran sayap utara dan barat ruang doa dan mendirikan menara tentang Bab Al-Umrah di sudut barat laut.
Pada tahun 777, karena meningkatnya jumlah jamaah haji, Abbasiyah Khalifah al-Mahdi (775-785) memerintahkan pembangunan kembali masjid, rumah-rumah di sekitar Ka'bah dihancurkan. Pagar masjid baru berpusat di Ka'bah, berukuran 196 x 142 meter. Al-Mahdi juga membangun tiga menara dimahkotai dengan crenellations dan ditempatkan di atas Bab al-Salam, Bab Ali dan Bab al-Wad.
Pada tahun 1571, Sultan Selim II (1566-1574) memerintahkan arsitek Sinan untuk merenovasi masjid. Sinan menggantikan atap datar dari ruang doa dengan kubah dihiasi dengan kaligrafi bersepuh emas di dalam. kolom baru dibawa dari Pegunungan Shams dekatnya, ditempatkan di antara kolom tua untuk mendukung atap baru. Karena hujan yang merusaknya pada tahun 1611, Sultan Murad IV (1623-1640) memerintahkan pemulihan masjid dan pembangunan kembali Ka'bah tahun 1629. Masjid tersebut terdiri dari arcade batu baru didukung pada kolom tipis, dengan medali berbentuk prasasti antara lengkungan. ubin lantai di sekeliling Ka'bah diganti dengan yang baru ubin marmer berwarna dan masjid itu dilengkapi dengan tujuh menara.
Pada akhir pemerintahan Ottoman di Hijaz selama Perang Dunia I, Pagar luar masjid diukur 192 dengan 132 meter. Para Raja Saudi pada gilirannya berkontribusi juga ke Masjid al-Haram. Antara 1955 dan 1973, perluasan pertama disponsori oleh Raja Abdul Aziz (1932-1953). Struktur baru yang dibutuhkan penghancuran yang luas di sekitar masjid Ottoman ke arcade dua lantai yang terbuat dari batu tiruan kolom dan ditutup dengan panel marmer diukir dari Wadi Fatimah. Langit-langit arcade ini adalah coffered dan dihiasi dengan plester dibentuk dan lantai keramik dengan batu dan marmer. Selama ini Mas'a (ruangan yg menghubungkan batu al-Safa 'dengan al-Marwah) diperpanjang untuk mencapai masjid. perpanjangan tersebut dibangun di dua lantai, dengan struktur beton bertulang lengkungan dibalut marmer dipahat dan batu buatan. Galeri ini berkomunikasi dengan jalan dan mesjid melalui pintu sebelas. Bab al-Salam dan Bab al-Umrah juga direnovasi saat ini untuk cocok dengan gaya yang baru dibangun Bab Raja Abdul Aziz pada façade selatan. Empat menara didirikan dekat Bab al-Umrah dan Bab al-Salam dan tiga yang lebih tua. Dengan demikian, mereka berdiri delapan puluh sembilan meter persegi. Masing-masing memiliki dua balkon segi delapan dihiasi dengan colonettes, yang pertama terletak di puncak atap masjid, sedangkan yang kedua adalah di ujung atas poros.
Perpanjangan kedua disponsori oleh Raja Fahd (1982-sekarang), terdiri dari sayap baru dan area berdoa outdoor, baik terletak di timur selatan masjid yang ada. Ruang sholat baru diakses melalui Gerbang Fahd monumental di tenggara yang mengarah ke Kakbah. Hal ini terdiri dari dua lantai terpisah di beberapa bagian oleh mezzanine, penyejuk udara bersirkulasi di bawah lantai keramik dan diberikan melalui grid ventilasi yang terletak di dasar setiap kolom. Ruang berdoa dibangun pada grid lima meter. arcade adalah beratap dengan pundi-pundi persegi dihiasi dengan cetakan plester. Kolom yang dilapisi dengan panel marmer, sedangkan lengkungan ditutupi dengan batu buatan dan cetakan plester. Sepanjang sumbu menghubungkan Gerbang Fahd ke Ka'bah, tiga modul grid ditutupi dengan kubah dihiasi dengan squinches muqarnas dicetak dengan plester, yang membawa drum berlubang oleh tiga puluh dua jendela melengkung. Ruang kubah diterangi dengan lampu kaca berwarna dan panel kaca patri backlit di puncak. Dinding interior ruang doa dilapisi dengan marmer dado 2,5 meter. Ini elemen dekoratif digunakan untuk menyembunyikan pengeras suara dan kabel listrik. Atap dari ekstensi baru ini terkait dengan atap seluruh kompleks, yang dirancang untuk mengakomodasi meluap. Daerah doa juga meluas juga untuk plaza banyak di luar masjid. Plaza outdoor di luar sudut tenggara Fahd Gate lereng sedikit ke bawah, menekankan arah doa. Sejajar dengan dinding timur laut dan barat daya ekstensi baru, dua proyeksi persegi dibangun untuk menyembunyikan eskalator yang menghubungkan ruang bawah tanah dan fasilitas parkir bawah tanah ke plaza publik dan ruang doa di atas.
Perpanjangan Saudi kedua dari Masjid Al-Haram mengambil mempertimbangkan kesatuan arsitektur kompleks. The façade ruang berdoa baru yang dibangun oleh Raja Fahd dalam campuran dengan konstruksi sebelumnya, dengan marmer abu-abu menghadap dari Pegunungan Fatimah dekatnya, dihiasi dengan ukiran band marmer putih dan bingkai jendela. Raja Fahd Gate monumental, yang memberikan akses ke ekstensi baru, terdiri dari tiga lengkungan dengan hiasan marmer hitam dan putih voussoirs dan diukir putih. gerbang ini diapit oleh dua menara yang cocok yang lebih tua. Jendela modul sepanjang façade ruang doa ditutupi dengan mashrabiyya kuningan dan dibingkai dengan band ukiran dari marmer putih. Gerbang kecil telah kanopi hijau miring ubin. Mesjid Al-Haram adalah masjid-satunya yang tidak memiliki arah kiblat bagi jamaah berdoa menghadap Ka'bah, terletak di pusat halaman terbuka. Saat ini masjid meliputi area seluas 356.800 meter persegi termasuk ruang berdoa outdoor dan indoor dan dapat menampung hingga 820.000 jamaah selama periode haji. sumber: blog Abu Syafwan
Lintasan Sai dan bukit Safa Marwa
Gambar paling atas merupakan lintasan sa'e. Walaupun tempat sa'e sudah dibangun begitu modern untuk memudahkan jamaah haji melaksanakan rukun haji, tetapi bagian dari bukit safa dan Marwa tetap ada. Dalam prosesi haji, seorang jamaah bisa menaiki bukit ini, dan karena seringya dinaiki maka bebatuan yang ada menjadil mengkilap akibat gosokan terjadi gosokan dengan kaki-kaki para jamaah. Setelah perluasan tempat sa'e maka jamaah haji tidak bisa lagi menaiki bebatuan ini karena bagian ini sudah ditutup.
sumber: blog Abu Syafwan
Selasa, 05 Juni 2012
Sejarah dan keutamaan kota Madinah
Madinah atau Madinah Al Munawwarah : مدينة رسول الله atau المدينه , (juga Madinat Rasul Allah, Madīnah an-Nabī) adalah kota utama di Arab Saudi.
Merupakan kota yang ramai diziarahi atau dikunjungi oleh kaum Muslimin. Di sana terdapat Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan keutamaan bagi kaum Muslimin. Dewasa ini, penduduknya sekitar 600.000 jiwa. Bagi umat Muslim kota ini dianggap sebagai kota suci kedua.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW , kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam . Dari kota ini Islam menyebar ke seluruh jazirah Arabia lalu ke seluruh dunia .
Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah , kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad.
Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar , Umar bin Khattab , dan Utsman bin Affan . Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, maka pemerintahan dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah , pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad . Pada masa Nabi Muhammad SAW, penduduk kota Madinah adalah orang yang beragama Islam dan orang Yahudi yang dilindungi keberadaannya. Namun karena pengkhianatan yang dilakukan terhadap penduduk Madinah ketika perang Ahzab , maka kaum Yahudi diusir keluar Madinah.
Kini Madinah bersama kota suci Mekkah berada di bawah pelayanan pemerintah kerajaan Arab Saudi.
Kitab Keutamaan-keutamaan Kota Madinah.
Bab 1: Kesucian Kota Madinah
901. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Madinah itu haram (tanah suci) dari ini sampai ini, tidak boleh dipotong (ditebang) pohonnya, dan tidak boleh dilakukan bid'ah di dalamnya. Barangsiapa yang membuat bid'ah (atau melindungi orang yang berbuat bid'ah) didalamnya, maka ia terkena laknat Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya."
902. Abu Hurairah r.a. berkata, "Seandainya saya melihat biawak memakan rumput di Madinah, niscaya saya tidak akan menghardiknya." Nabi saw. bersabda, "Apa yang ada di antara dua batu hitam (tanda pembatas) madinah itu diharamkan lewat lisanku." (Dalam satu riwayat: "Apa yang ada di antara dua batu hitam Madinah adalah haram.") Abu Hurairah berkata, "Nabi mendatangi bani Haritsah, lalu beliau bersabda, "Saya kira kalian wahai bani Haritsah, telah keluar dari Tanah Haram." Kemudian beliau berpaling dan bersabda, "Namun, kalian masih ada di Tanah Haram."
Bab 2: Keutamaan Madinah dan Bahwa Madinah Itu Melenyapkan Manusia yang Buruk-Buruk
903. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Saya diperintahkan pergi ke suatu desa yang memakan desa-desa yang lain, mereka menyebutnya Yatsrib. Yaitu, Madinah , yang meniadakan manusia (yang buruk) sebagaimana ubupan (embusan tukang besi) meniadakan kotoran besi."
Bab 3: Madinah Itu Dapat Disebut Thabah
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits Abu Humaid as-Sa'idi yang tertera pada nomor 726 di muka.")
Bab 4: Dua Buah Batu Pembatas Kota Madinah
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang baru disebutkan pada bab pertama di atas.")
Bab 5: Orang Yang Membenci Madinah
904. Abu Hurairah r.a. berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Mereka meninggalkan Madinah atas keadaannya yang terbaik. Ia tidak didatangi selain oleh pencari rezeki (yang beliau maksudkan adalah binatang buas dan burung). Akhir orang yang dikumpulkan adalah dua orang penggembala dari (kabilah) Muzainah, yang mau ke Madinah . Keduanya berteriak memanggil-manggil kambingnya. Kemudian mereka mendapatinya telah menjadi binatang liar. Sehingga, setelah keduanya sampai di Tsaniyatul Wada', mereka tersungkur pada kedua wajahnya.'"
905. Sufyan bin Abu Zuhair r.a. berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Yaman itu akan ditaklukkan. Maka, datanglah satu kaum yang menggiring binatangnya. Mereka membawa keluarganya dan orang-orang yang menaatinya, sedang Madinah itu lebih baik bagi mereka.
Seandainya mereka mengetahui Syam itu akan ditaklukkan, maka akan datang padanya suatu kaum dengan menggiring binatang ternaknya dan membawa keluarganya dan orang-orang yang menaatinya. Padahal, Madinah itu lebih baik bagi mereka, jika mereka mengetahuinya. Irak akan ditaklukkan, maka datanglah suatu kaum yang menggiring binatangnya. Lalu, mereka membawa keluarganya dan orang-orang yang menaatinya. Padahal, Madinah itu lebih baik bagi mereka, jika mereka mengetahuinya."
Bab 6: Iman Itu Akan Berhimpun ke Madinah
906. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya iman itu berkumpul ke Madinah sebagaimana ular berkumpul di lubangnya."
Bab 7: Dosa Orang yang Bermaksud Berbuat Buruk terhadap Para Penghuni Kota Madinah
907. Sa'ad r.a. berkata, "Saya mendengar Nabi bersabda, 'Tidaklah seseorang membuat tipu daya terhadap penghuni Madinah melainkan ia akan hancur sebagaimana hancurnya garam dalam air.'"
Bab 8: Benteng-Benteng Kota Madinah
908. Usamah r.a. berkata, "Nabi naik ke salah satu benteng Madinah lalu beliau bersabda, 'Apakah kalian melihat apa yang aku lihat? (Mereka menjawab, 'Tidak.' Beliau bersabda 8/89) 'Sesungguhnya aku melihat tempat-tempat terjadinya fitnah di sela-sela rumah-rumah kamu seperti tempat tempat jatuhnya tetesan air hujan.'"
Bab 9: Dajal Tidak Bisa Memasuki Kota Madinah
909. Abu Bakrah mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidaklah masuk kota Madinah ketakutan terhadap Masih ad-Dajal, (dan 8/102) pada hari itu Madinah mempunyai tujuh buah pintu gerbang, di atas setiap pintu ada dua malaikat."
910. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Pada pintu-pintu kota Madinah ada malaikat yang menyebabkan tha'un 'wabah' dan Dajal tidak memasukinya.'"
911. Anas bin Malik r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Tidak ada suatu negeri kecuali akan dimasuki oleh Dajal selain kota Mekah dan Madinah yang setiap pintu gerbangnya ada malaikat-malaikat yang berbaris menjaganya, (maka Dajal dan wabah tha'un tidak akan dapat mendekatinya insya Allah 8/103), (dan dalam satu riwayat: Dajal datang sehingga turun di sudut kota Madinah 8/102). Kemudian Madinah menggoncang penghuninya tiga kali. Sehingga, Allah mengeluarkan seluruh orang kafir dan munafik."
912. Abu Sa'id al Khudri r.a. berkata, "Rasulullah menceritakan kepada kami sebuah cerita panjang tentang Dajal. Beliau menceritakan Dajal itu kepada kami dengan bersabda, 'Dajal itu akan datang dan ia diharamkan masuk pintu Madinah . Lalu, ia singgah di sebagian kota Madinah yang gersang (dalam satu riwayat: di dekat Madinah ). Pada saat itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan sebaik-baik manusia atau dari golongan manusia yang terbaik. Ia berkata, 'Saya bersaksi bahwa kamu adalah Dajal yang Rasulullah telah menceritakan kepada kami tentang kamu.' Lalu Dajal berkata, 'Bagaimana pendapatmu, jika aku matikan orang ini kemudian aku hidupkan lagi, apakah kamu masih meragukan terhadap persoalan itu?' Mereka menjawab, 'Tidak.' Kemudian ia menghidupkan lalu mematikannya. Ketika menghidupkannya, ia berkata, 'Demi Allah, saya tidak pernah dapat melihat engkau yang lebih jelas daripada yang aku lihat hari ini.' Lalu, Dajal berkata, 'Saya bunuh dia.' (Dalam satu riwayat: Lalu Dajal hendak membunuhnya). Namun, ia tidak diberi kekuasaan terhadapnya."
Bab 10: Madinah Itu Dapat Melenyapkan Apa-Apa yang Buruk
913. Zaid bin Tsabit r.a. berkata, "Ketika Nabi pergi ke Uhud, sebagian orang dari sahabat beliau kembali pulang (dan para sahabat Nabi pada waktu itu terbagi menjadi dua kelompok 5/31). Lalu yang satu golongan berkata, 'Kita bunuh mereka.' Golongan yang lain berkata, 'Tidak, jangan bunuh mereka!' Maka, turunlah ayat 88 surah an-Nisaa', 'Maka, mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran disebabkan usaha mereka sendiri?' Nabi bersabda, 'Sesungguhnya kota Madinah itu adalah (negeri yang bagus 5/181), ia mengeluarkan orang-orang (dalam satu riwayat: dosa-dosa, dan dalam riwayat lain: kotoran yakni manusia-manusia kotor), [ 1 ] sebagaimana halnya api membersihkan karat besi (dalam satu riwayat: karat perak)."
Bab 11: Ketidaksenangan Nabi Jika Madinah Dikosongkan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang tertera pada nomor 360 di muka.")
Bab 12: Raudhah (Taman)
914. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Di antara rumahku [ 2 ] dengan mimbarku terletak sebuah raudhah (taman) dari taman-taman surga. Mimbarku itu ada di atas telagaku."
915. Aisyah r.a. berkata, "Ketika Rasulullah tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal jatuh sakit. (Lalu saya menemui keduanya, saya berkata, 'Duhai Ayahanda, bagaimana keadaanmu? Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?' 7/5). Abu Bakar apabila terserang demam ia mengucapkan: 'Setiap orang berpagi-pagi di kalangan keluarganya.
Sedang kematian lebih dekat daripada sepasang sandalnya'
Dan Bilal, apabila demamnya telah hilang, ia menarik suara dengan perkataannya:
'Ketauhilah, merinding bulu romaku Apakah nanti malam aku masih bermalam Di sebuah lembah. Sedang di sekitarku ada pohon idzkhir dan pohon jalil?
Apakah pada suatu hari aku akan sampai ke perairan Majannah
Apakah akan tampak bagiku (bukit) Syamah dan Thafil?'
Ia berkata, 'Ya Allah, laknatilah Syaibah bin Rabi'ah, Utbah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf sebagaimana mereka telah mengusir kami dari tanah kami ke tanah waba 'wabah'.' Lalu aku datang kepada Rasulullah menginformasikan hal itu. (4/246) Beliau berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah seperti cinta kami terhadap Mekah atau bahkan melebihinya. Ya Allah, berkahilah di dalam (takaran) sha' kami dan mud kami, sehatkanlah Madinah kepada kami, dan pindahkanlah panasnya ke Juhfah.'" Aisyah berkata, "Kami datang ke Madinah yang waktu itu merupakan bumi Allah yang paling banyak wabahnya." Ia berkata, "Buth-han waktu itu mengalirkan air." Ia maksudkan air yang telah berubah warna dan baunya.
916. Umar r.a. berdoa, "Ya Allah, karuniakanlah aku suatu anugerah, yaitu mati syahid di jalan-Mu (yakni dalam membela agama Mu), dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu."
Catatan Kaki:
[1] Riwayat terakhir ini lebih akurat, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh.
[2] Demikian pula yang tercantum dalam hadits Abdullah bin Zaid al-Mazini pada nomor 616 di muka, dan inilah yang mahfuzh (akurat). Pada beberapa kitab hadits di luar Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dengan lafal qabrii 'kuburku ', dan riwayat ini tidak mahfuzh. Seakan-akan ini merupakan periwayatan dengan makna. Karena, semasa hidup Rasulullah tidak ada kubur di situ sehingga dapat dibatasi tempat itu dengan kubur tersebut.
Sumber: Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press
Langganan:
Postingan (Atom)